Logistik, Beban Berat Ekspor-Impor Sepanjang Pandemi

 

Di tengah nilai ekspor yang terus naik, pelaku bisnis dihadapkan pada persoalan pengiriman yang tak kunjung teratasi sejak lebih setahun yang lalu. Pemerintah menjanjikan jalan keluar, dan asosiasi berharap mampu bekerja sama lebih baik untuk mencari terobosan.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebut, ada empat tantangan di sektor yang dipimpinnya saat ini. Salah satu yang cukup dominan adalah persoalan logistik. Pasar dunia cukup bergairah menyerap produk Indonesia, tetapi di sisi lain ada masalah pengiriman yang belum dapat diselesaikan.

“Memang masalah logistik ini masih menghantui kita di tahun 2022. Meskipun sudah terlihat konjesti (penyumbatan-red) itu tidak separah dari kuartal kedua dan kuartal ketiga 2021. Mudah-mudahan pada 2022 ini, penyumbatan ini bisa kita selesaikan dengan baik. Dunia bisa selesaikan dengan baik,” kata Lutfi, dalam konferensi pers, Selasa (18/1).

Lutfi juga memastikan, Indonesia kini dikenal sebagai negara produsen barang dengan daya tahan yang baik. Setidaknya itu terbukti dengan pintu perdagangan yang selalu terbuka sepanjang pandemi COVID-19. Karena itulah, banyak negara tetap mengirim pesanan produk yang mereka butuhkan ke Indonesia.

Saat ini sedang terjadi supercycle atau periode lonjakan permintaan untuk beragam komoditas di seluruh dunia. Kondisi ini membuat harga produk cukup bagus.

“Karena supercycle ekonomi ini, salah satu penyebabnya adalah banyaknya uang di market, menyebabkan pertumbuhan yang luar biasa. Di Amerika Serikat inflasinya sudah mendekati enam persen, dan sekarang ini Presiden Biden dalam posisi sangat sulit karena inflasi tinggi, tetapi barang-barang tidak ada karena masalah logistik,” lanjut Lutfi.

Tantang ekonomi kedua, adalah program pengurangan pembelian aset atau tapering di Amerika Serikat. Program ini akan menjadi masalah, tidak hanya bagi Indonesia saja tetapi juga banyak negara di dunia.

“Presiden Xi Jinping baru saja membuat statement, jangan sampai dunia men-taper perekonomian. Karena men-taper ekonomi, sama juga dengan menyakitkan perekonomian dunia,” tambah Mendag.

Masalah ketiga yang harus dihadapi ke depan adalah krisis energi. Jika harga energi terus tinggi, ujar Lutfi, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan akan tertekan. Sedangkan masalah terakhir, adalah COVID-19 itu sendiri.

“Kalau yang keempat ini kita bisa strategikan, maka kita akan bisa selamat dalam menjaga momentum kita ke depan,” ujarnya lagi.

https://www.voaindonesia.com/a/logistik-beban-berat-ekspor-impor-sepanjang-pandemi-/6401647.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages